Saturday, April 3, 2010

Ada untuk Bersama

Mereka ada, untuk bersama.
Meski si lelaki pemburu, dan si wanita penunggu.
Dari ayam berkokok, matahari di ubun-ubun, hingga mengecup untuk kembali ke malam, ia terus menunggu.
Hati was-was, mata terus awas, memandang laut lepas.
Si pemburu pasti akan datang, meski entah kapan.


Dibilas wajahnya dengan air, berharap kepenatan dan kegundahan mencair.
Angin berhembus... menusuk ke dalam kalbu.
Menanti dan menanti,
tanpa ada suatu hal yang pasti.
Ia tolak semua kenyataan yang terpapar di depan mata,
menutup semua hanya demi si pemburu yang, mungkin saja, akan tiba

Pemburu tak pernah berhenti memburu,
dari satu wanita ke wanita berikutnya,
semua aroma memikat berbaur; lekat, pekat, menempel bercampur asap rokok.
Ia berpesta; mencari; memburu mangsa; bermain, memainkan, dan dipermainkan.
Semua demi mengejar kepuasan semata.
Tapi tentu saja,
bagai raja hutan mencium aroma darah mangsa, si pemburu tak mengenal kata tersebut.
Ia akan terus berburu dan merengkuh sari pati tiap korbannya hingga habis tak tersisa... setetespun.

Selesai, ia akan berjalan gontai.
Tubuh lelah, wajah sumringah.
Melangkahkan kaki ke si penunggu, yang tersenyum ayu semanis madu.
Sang pemburu, sang kekasih... kembali ke pelukannya, meski hanya sekejap saja.
Mereka bergumul, mereka bersatu.
Ia berharap waktu akan berhenti melaju, hanya itu yang ia mau



Mereka ada, untuk bersama, hingga saatnya sang pemburu pergi... untuk mencari mangsa berikutnya.

No comments:

Post a Comment