Tuesday, July 26, 2011

Loca: a footprint in my heart



 


Cukup sedih ketika mendengar Loca, sebuah resto mungil di Jl. Benda, Kemang, sudah tidak ada lagi. Tempatnya masih, cuma namanya saja yang berubah. Kenapa? Mungkin karena tempat ini berdiri cukup lama, jauh sebelum segala macam tempat "ngopi" di Jakarta muncul mendadak seperti jamur di musim hujan, hingga ada banyak kenangan menyenangkan yang terjadi di Loca. Bisa dibilang saya bukan pengunjung tetap, tapi tiap pergi ke sana, selalu saja ada kesan. Bahkan setelah dipikir-pikir, saya sudah menghabiskan waktu dengan hampir semua circle of friends saya di Loca. Jujur, tidak ada yang terlalu "istimewa" dengan tempat ini. Semuanya oke, tidak ada yang "astaga ini, enak banget!" atau "Help, about to have a foodgasm" or whatever. Rate: 6,5 out of 10. Mungkin, tempatnya yang nyaman, jadi bikin betah untuk duduk berlama-lama.


Ingat kumpul bareng dengan teman SMA setelah semua lulus kuliah dan satu per satu bercerita tentang kehidupannya masing-masing. Saking lamanya tempat ini, salah satu teman saya yang saat itu masih single, sempat jadian dengan cowok, putus, jadian lagi, dan kini sudah punya anak berusia 2 tahun. 


Sempat juga dengan teman-teman dekat kuliah, Barudaks Curhats namanya. Haha. Sebuah milis yang kami ciptakan saat setelah lulus, banyak yang pada berpisah kota, jadi tetap harus ada jalur komunikasi antara kami semua. Minggu siang, seingat saya. Kami di Loca, ngobrol panjang, tertawa lebar bercerita (tentunya) masa-masa seru saat kuliah. 


Dari teman-teman kuliah tersebut, ada segelintir yang masih di Jakarta dan saya ingat saat itu kami berempat, tak tahu mau ke mana, akhirnya pilihan jatuh ke Loca. Ide saya, karena saya sangat tidak paham dengan scene tempat-tempat baru yang ada di Jakarta sekarang. Pas, saat semua tempat di sekitaran Kemang penuh, kami bisa duduk santai sambil minum bir dan berbagi pizza. 


Ah, ada satu lagi circle of friend saya yang bernama Geng Jelek. Total ada 6 wanita, termasuk saya, dan well, kami merasa diri kami jelek semua! haha. Untuk masuknya saja ada inisiasi. Tapi gerombolan ini (dengan saya yang paling tua di antara semua) unik dan pintarnya luar biasa. Ada 2 yang S2 di Belanda dan dua-duanya karena beasiswa. Kami menghabiskan waktu di Loca dan saya ingat sempat ada peramal yang kerap ada jika ada salah satu pengunjung yang ingin dilihat masa depannya. Hasil ramalan lucu luar biasa sampai terpingkal tiada habis! Di sini juga tempat saya harus "ditempa" oleh mereka untuk masih ke sebuang geng yang absurd nan manis. Di sini saya dibuat keringat dingin karena mendapat SMS gak jelas dari seorang wanita, yang bilang kalau saya merebut kekasihnya. Memang, saat itu sedang flirting dengan "bocah" yang 5 tahun lebih muda dari saya. Hahaha. No need for details on that, tapi intinya, tentu saja, oknum si pengirim SMS adalah teman satu geng yang ada di situ juga! 


Tapi, ada satu yang paling...paling berkesan! haha. Ingin tahu? Di sini saya dilamar sama pacar saya. Saya habis liputan. Kami sama-sama ada janji dengan teman kami di Splash, Kemang. Jadi meeting point: Loca. Saya datang duluan, pesan makan malam dan bir (buy 1 get 1). Sekitar 15 menit kemudian pacar datang, lalu kami ngobrol biasa. Tentang hari ini, kereta datangnya telat, liputan tadi, dan small talk lainnya. Dan saya ingat! Itu masih awal Januari 2011, dan saya punya niatan untuk tahun ini, kapan pun itu, sendiri atau ada yang menemani, ingin sekali pergi ke Lombok. Saya bahkan posting keinginan tersebut di sini, kan! Sebagai wanita yang keras kepala, saya ungkapkan keinginan ini secara gamblang. Dan dia, dengan santainya bilang, "Gimana kalau kita ke Lombok pas honeymoon aja?" Gitu! Lalu dilemparlah senyuman tulusnya itu. Nah,  itu cara hebat untuk bikin wanita seperti saya diam seribu bahasa! Tempatnya ramai, hampir penuh, dan kami duduk di kursi yang di dekat tungku pizza, sebelah bar; sebuah meja bundar, khusus untuk berdua. Orang lalu lalang dan saya hanya bisa bengong dan tersenyum bodoh. Tapi, ya begitu lah. Kami memang bukan pasangan romantis. Apalagi pacar saya itu. Dia apa adanya. Tidak ada pretensi. Dan itu yang saya cintai dari dirinya. Tapi, entah kenapa, suara kayu terbakar di tungku pizza, penerangan minim di sana, sayup obrolan di meja lain, dan suasana hangat bikin semuanya luar biasa romantis. Setelah saya mengangguk tak jelas seperti ayam mematuk nasi, kami pun menghabiskan bir sambil berpegangan tangan. 


Setelah itu? Kami ke Splash dan merayakan dengan minum bir (lagi). That's just us and I love us. Jadi, mengerti kan, kenapa saya sedih ketika tahu kalau Loca sudah tidak ada? Oh  well. You can't have everything. Setidaknya tempat ini sudah memberi banyak kenangan manis. Bahkan, tempat dimulainya sesuatu :)

No comments:

Post a Comment