Friday, May 21, 2010

Bogor: Tried and Tested

"Yang penting, pergi dengan siapa, ke mananya hanya nilai tambahan saja."

Sudah beberapa tempat saya datangi, dan saya akui, semuanya memang punya daya tarik tersendiri. Tapi nilai dan kadar memorinya tentu saja berbeda jika perginya sendiri atau dengan seseorang. Terbukti pada long weekend (dibikin panjang karena cuti) kemarin. Jaraknya hanya 50 menit - 1 jam saja dari rumah, ternyata. Ke Bogor saja. "Ada apa memangnya di Bogor?" Not many, I guess. Mungkin karena jaraknya yang terlalu dekat ini, makanya saya tak pernah menginap semalam pun di sana. Baru sekarang. Seru. Lucu. Baru. Menyenangkan. Tak tergantikan. Cukup menggambarkan, ya!

1st day
Sampai sekitar jam 2 siang, hujan deras sekali! Naik motor, mencoba meraba-raba lokasi kota, sambil telepon sana-sini cari penginapan. Belok kanan-kiri ikuti insting, sampai di satu hotel yang tadi sempat saya telepon. Kamar masih kosong; sederhana, tapi lumayan bersih. Hmm, lupa, tapi ada di jalan Sawojajar, Bogor.


Malamnya, cari makan putar-putar kota, sambil menghafal jalan (bisa nyasar ke Ciomas! wherever that place is, the name sounds.. errr, far). Akhirnya, tertarik melihat visual dari warung pinggir jalan di dekat jalan tol Jagorawi, di sebelah kiri jalan, arah menuju Tajur, Bogor. Ala Ampera, tapi versi sangat sederhana. Palingan hanya muat 6 orang saja. Itu juga sudah sempit. Saya makan ikan mas dengan tumis jamur; pacar makan belut, tahu, dan oseng sayur. You must try the sambal, oh my God, heavenly! overall, enak banget! Dan kami sebagai pencinta dan penikmat segala macam makanan, sangat terpuaskan. Semua? Hanya Rp24.000 saja. :) Ternyata hanya butuh kurang dari sejam di Bogor untuk 'menyasarkan diri' sampai bertemu jalan yang sama lagi. Kesimpulannya: Kota ini punya banyak angkot dan pasar di malam hari. Bukan pasar malam, ya! Ini pasar tradisional sayur mayur yang digelar di jalan raya pada jam yang cukup aneh, yaitu sekitar jam 8 malam. Benar-benar hampir tiap belokan.... PASAR! (tadinya saya pikir saya sedang dejavu, ternyata tidak)


2nd day

Hari ini, kami ke gunung Salak Endah. Katanya, alternatif objek wisata selain Puncak. Karena insting ramalan cuaca pacar yang entah kenapa 99% selalu benar itu mengatakan akan hujan sore, maka kami langsung ciao dari hotel jam 9 pagi. Naik motor, sekitar 1 j
am. Kata petugas hotelnya, "Ikuti saja angkot ke arah Bubulak, Bogor." Ya sudah, kami ikuti angkot itu..terus...dan terus, sampai di terminalnya dan mulai hmm, ngasal. Si petugas sih, bilang angkot apa yang mesti diikuti selanjutnya. Tapi, kapasitas daya ingat cuma sampai "bubulak" saja. Yang pasti, kalau melewati IPB, then you're on the right track. Saya ingat, di sebelah kiri jalan ada indomaret, dan di depannya ada papan penunjuk arah, "Kawah ratu, curug ngumpet, cigamea, luhur, dll" dengan jarak kilometer menuju ke sana. Sekitar 20 menit, perumahan sepanjang jalan sudah mulai menghilang dan tiba di sebuah gerbang besar. Karena kami berdua dan menggunakan motor, biaya masuk Rp17.000.

Oke, datang ke sini, kami hanya berbekal secuil hasil dari googling pada malam sebelumnya. Ternyata, ada 6 curug di sini: Nangka, Daon, kawung di bagian timurnya dan Luhur, Cigamea, dan Ngumpet di bagian barat. Dari namanya, mana yang paling bahaya? Yang terakhir ya, pakai acara ngumpet-ngumpet segala! Dan Anda.... salah! Nangka, terdengar "manis, kuning, dan renyah", ternyata sangat berbahaya. Bahkan sudah memakan korban. Kedua lainnya pun begitu. Ke sana? TENTU TIDAK! Kami hanya ke satu saja, yaitu curug yang paling pemalu. Ternyata, hanya jalan 10 meter saja sudah sampai (gak malu-malu amat, ternyata). Per orang bayar Rp4.000. Kebetulan, tidak ramai, hanya segerombolan anak SMP (sekitar 10an) err. ramai sih, jadinya. Owh well, maksudnya hanya milik kelompok kami saja. Saya berenang? TENTU TIDAK! Karena airnya dingin, tapi pemandangan hijau dengan bunyi air terjun mungil itu sangat menenangkan. Celap celup kaki sambil melihat orang-orang itu mengigil sudah cukup menghibur. :)

Then, we go to the kolam air panas. Letaknya sekitar 2 meter setelah curug Ngumpet (kalau datang dari arah barat). Melihat masjid di sebelah kiri, sebelumnya ada jalan dan lurus saja. Melihat kincir air? Ya, jalan yang benar! Biaya masuk lagi: Rp4000/orang. Oke, asal tahu saja, kami tak ada persiapan. Tak tahu kalau untuk menuju kolam air panas ini butuh "perjuangan". Turun (saat datang) gampang, naiknya (pas mau pulang)? ASTAGA! sekitar 250 anak tangga lebih, dengan posisi cukup curam. Tapi di sana, pemandangan sangat menyenangkan. Ada sungai yang batunya menguning (sepertinya karena belerang? *sok tahu*) dan kolam air panas di sebelah kiri. Sepertinya masuk harus bayar lagi. Cuma memang menyebalkan! Setelah "perjuangan" turun bukit, di sana kolam sedang dikuras, jadi tak ada apa-apa selain kolam ukuran kecil (tak seperti Ciater yang superbesar) yang..... kosong. Ah! Akhirnya kami istirahat sejenak dan foto di sekitar sungai (ada beberapa yang menarik, lihat saja!)

Yang pasti, setelah ratusan anak tangga naik itu, kami melihat bahwa strategi marketing tukang soto mie yang mangkal manis di depan pintu masuk itu memang hebat! Kenyang dibantu dengan langit yang sedikit mendung, kami pun memutuskan pulang ke kota Bogor. Efek selanjutnya: betis ketarik, begitu juga urat-urat di sekitar paha dan bokong. Tapi misi "Tak Kehujanan" berhasil. Sampai hotel, baru hujan.

Makan malam hari ke dua masih bertema Sunda, di jalan Pangrango, Bogor. Namanya Saung Mirah Cibiuk, dapat referensi dari internet. Hmm, besar, seperti
resto sunda yang mahal. Rasanya lumayan, mesti tak seistimewa ulasan yang ada di internet. Pulangnya, mampir ke Kedai Kita, di sekitar situ juga. Kalau ke Bogor, telusuri saja jalan Salak dan sekitarnya. Ada banyak resto mungil yang menarik, kayak di Bandung. Di Kedai Kita, (Pangrango no. 21) sepertinya yang istimewa adalah pizza yang dibakar dengan tungku kayu. Karena masih kenyang, kami minum saja. Enak dan nyaman tempatnya. Recommended.

3rd Day
Pacar mengajak ke museum Zoologi. Dan ternyata, letaknya masih di dalam Kebun Raya Bogor, dengan biaya masuk Rp9500/orang
. Jika bukan karena barang bawaan yang memberatkan karena mau langsung pulang, pasti jelajah museumnya lebih bisa dinikmati. Koleksinya menarik, Tapi sayang sekali ya, rasa-rasanya kurang dirawat dan saya yakin, display-nya masih sangat bisa untuk ditingkatkan lagi. Pelajaran yang didapat: (1) Ikan paus biru itu besaaarrrrrrrr sekali (2) ada binatang bernama Kerbau Jalang (dugaan saya: yang ngasih nama baru tahu kalau ternyata pasangannya selingkuh) (3) Kepiting Jepang itu tak akan muat di panci sebesar apapun (4) Kira-kira, apa ya, yang dipikirkan para binatang ini sebelum diairkeraskan?

Setelah soto kuning Bogor di Jl. Surya Kencana, beli asinan di jalan ini, dan beli toge goreng di Bogor Permai (slurrpppp), kami pun pulang! Lagi-lagi selamat dari hujan :)

3 hari yang sangat menyenangkan. Yang bikin makin menyenangkan dan istimewa... adalah yang menemani bepergiannya.

1 comment:

  1. Waaaahh itu sih Heaven banget .. ke Bogor Sama yayang
    wow .. sulit terlupakan
    semoga makin banyak orang menemukan surga di Bogor
    Love Bogor

    ReplyDelete