Tuesday, July 17, 2012

Half Way There

Yak, Juni 2012 kemarin bisa dibilang bulan penentuan. Akhirnya, oh akhirnya! setelah lebih dari lima tahun kumpulkan keberanian, akhirnya tiba juga waktu saya untuk... apa coba? Err... ya tidak ada gunanya juga si main tebak-tebakan, toh  hampir tidak ada orang yang baca blog ini. Telah tiba saatnya saya belajar menyelam. Yay! 








Layaknya manusia aneh kebanyakan, saya mulai dengan survei berlebihan di internet lalu tanya via email ke beberapa klub diving yang ada di Jakarta lengkap dengan organisasi naungannya (PADI, SSI, NAUI, CMAS, etc). Belum lagi tanya ke teman-teman yang memang sudah mulai duluan. Kumpulkan semuanya, termasuk cerita-cerita menyeramkan apalagi bahaya yang bakal terjadi kalau misalnya tidak lakukan dengan benar, saya akhirnya putuskan untuk latihan dengan Pak Kardi. Dia adalah mantan pasukan katak dan sudah mengajar diving lebih dari 20 tahun. Bersamanya, saya akan dapat lisensi bintang 1 (one star) dari POSSI (afiliasi dengan CMAS, Prancis) dan diperbolehkan untuk menyelam dengan kedalaman maksimal 20 meter. Selain itu, paket yang ditawarkan juga menurut saya lebih berguna, yaitu 5x latihan kolam dan 1 ujian laut, sedangkan kebanyakan menawarkan 2x teori dan 3x latihan kolam. Toh menurut saya, teori bakal bisa lebih diingat jika langsung diterapkan di lapangan. Latihan dengannya juga terbilang terjangkau ketimbang yang lain. Biasanya yang bikin mahal adalah ujian laut; biaya speed boat ke Pulau Seribu, penginapan, dsb. Sedangkan ini tidak pakai menginap dan ujian di Pulau Sanghyang, dekat Anyer. 

Satu yang paling memberatkan dari latihan ini hanya satu (bukan... bukan  tabung scuba). Paling-paling memberatkan adalah: latihan pagi di akhir pekan. Dari yang biasanya Sabtu dan Minggu bangun siang tergantikan dengan bangun pukul 6.30 pagi untuk tiba di kolam renang Senayan pukul 8 pagi. Astaga! Hari biasa pun pukul 8 pagi saya baru membuka mata! Snoozee..grrr...rwaaahh!! But it must be done. Latihan perdana terbilang paling lama, karena saya mulai pada pukul 8 pagi dan berakhir pada jam 2 siang. Setelah sedikit teori, saya pun harus ikuti tes awal dulu, termasuk  berenang 200 meter, floating 10 menit, tahan napas di bawah air setidaknya 30 detik. Usai ujian, mulai dikenalkan dengan alat-alat scuba, fungsi, serta kegunaannya. Setelah itu? Mulailah! 

Satu yang membuat saya kaget adalah: sensasi yang ditimbulkan di dalam air. Saya terbiasa snorkeling. Dan jika Anda pernah snorkeling pasti terasa damai ya, karena telinga di bawah permukaan air hingga kebisingan di atas tak terdengar. Nah, saya pikir akan seperti itu juga, tapi ternyata tidak! Karena dengan scuba diving, kita akan mendengar bunyi napas kita; tarik-hela napas layaknya robot! Ini awal bikin saya kaget hingga langsung minta naik ke permukaan air! Tapi lama kelamaan terbiasa juga. Dan latihan 6 jam itu pun tidak lagi terasa. 

Ih, bangga luar biasa karena bisa bangun pagi untuk olahraga! Dan karena letaknya dekat sama JHCC, abis latihan langsung lihat pameran. Oh my God. Super brilliant! Lagi asyik-asyiknya, Pak Kardi ajak saya ujian laut padahal baru 3x latihan kolam. Langsung ujian LAUT! Ngosh... ngosh... takut, senang, bingung, semuanya campur jadi satu.  Satu yang bikin lebih parno  lagi, seminggu sebelum ujian saya ke Bali dan pulang dari sana, tubuh norak tak kuat angin laut ini pun tumbang. Flu, pilek, batuk, you name it. Padahal saat diving, pantang untuk pilek karena bisa berakibat fatal. Ujian direncanakan hari Minggu. Dan Sabtu yang seharusnya latihan pun saya masih sedikit flu dan batuk kering. Malamnya saya ingat, ada banyak pikiran aneh muncul, apalagi otak saya suka mendramatisasi banyak skenario. Alhasil, tidur cuma sebentar dan kecapaian juga salah satu penyebab scuba bakal berjalan tidak sempurna. "PAKET COMBO FLU DAN KURANG TIDURNYA, KAKAK!" (keluh). 

Tapi ya sudahlah. Saya bangun pukul 4 pagi untuk ketemuan di jalan tol senayan dengan Pak Kardi pada pukul  6, menuju lokasi Anyer. Di mobil, masih batuk dan segalanya. Namun dikasih penjelasan kalau pilek saya tidaklah parah dan soal batuk katanya asalkan terus bernapas  maka tak akan ada masalah. Ya sudahlah kalau begitu! kami berhenti di Cibinong untuk lanjutkan perjalanan gunakan kapal sekitar 1 jam menuju pulau. Saat itu kami rombongan sekitar 14 orang. Semuanya santai, sedangkan saya di kapal kenakan jaket tebal dan syal. Begitu sampai, pasang alat, dan akhirnya turun ke laut. Anda tahu apa yang terjadi? Rasa pilek, demam, dan segala yang mengikutinya itu hilang, teralihkan dengan indahnya alam bawah laut. Memang Sanghyang terbilang biasa dengan visibility pendek. Tapi bagi seseorang yang baru pertama kali seumur hidupnya berada 21 meter di bawah laut? Itu luar biasa! Dua kali turun, dua kali pula saya melihat penyu! Cantik sekali! Pulang sampai Jakarta pada pukul 8 malam dengan perasaan lelah, lapar akut, tapi gembira. 

Kini saya tinggal tunggu lisensi yang sedang dibuat. :) Tuh kan bisa, Gal! 



No comments:

Post a Comment