Sunday, April 4, 2010

Berita Bahagia!

Sudah 6 tahun kamu ada dalam kehidupanku. Tak pernah ada momen sekecil apapun yang tak kubagi denganmu. Kamu tahu? Kamu adalah orang pertama yang ada di pikiranku saat pagi menyapa, dan yang terakhir saat malam berkuasa. Persis seperti itu, tak meleset satu haripun! Sebegitu kuat kebahagiaan yang kamu tanam dalam hatiku, sebegitu megah rasa cinta yang kutuangkan padamu. Ah, aku yakin kamu tahu itu semua. Toh, cinta tak perlu kata-kata.

Aku yakin kamu merasakan cinta saat kupeluk dirimu erat ketika kamu menangis dibahuku begitu tahu berita ayahmu tiada. Atau saat wisuda kita berdua meloncat kegirangan layak anak kecil yang mendapat nilai 8 di rapornya. Ingat gaji pertama yang kudapat dari kantor sialan itu? Kamu orang pertama yang aku traktir untuk merayakan kemalanganku dan orang pertama yang kutelepon sebulan kemudian saat aku mengundurkan diri. Betul, aku ingat ucapanmu, "Kamu berhak untuk dapat yang lebih baik. Karena kamu lah yang terbaik." Itu kata-katamu. Aku tersipu dan bersemu semalaman. Hanya senyummu yang bisa meredakan amarahku, hanya candamu yang bisa mencerahkan hatiku. Dan itu sudah berlaku semenjak pertama kali kita bertukar sapa.

"Aku harus bertemu denganmu. Detik ini juga! Aku akan ke rumahmu karena sudah tak sabar untuk menceritakannya ke kamu," ujarmu barusan di telepon dengan nada yang begitu bahagia. Aku mengenakan pakaian terbaikku, biru sesuai dengan warna kesukaanmu. Tiga puluh menit kemudian, kamu datang. Begitu tampan, jantungku berhenti berdegup sejenak, lalu mulai berjalan tak menentu. Selalu seperti itu selama 6 tahun aku kenal kamu.

"Cantik sekali, bidadariku ini..." ujarmu menggoda. Aku lagi-lagi hanya bisa tersipu mendengarnya. Hari itu, kamu ajak aku ke sebuah restoran supermewah. Kamu beli wine terbaik, tak pernah meleset untuk memanjakanku. "Dia menerima! Dia mau menikah denganku! Aku yang tadinya ragu-ragu berhasil mengajak wanita pujaanku untuk menikah denganku. Semua berkat dorongan kamu! Ah, kalau saja kamu biarkan aku tergolek lemas ketika ia pergi, aku tak akan punya keberanian sebesar ini untuk mengejarnya. Untuk mengejar cintaku. Kamu memang sahabat terbaik yang pernah ada. Aku sungguh bahagia. Cheers... untuk kita! Aku cinta dia!"

"Dan aku... cinta kamu," ujarku, hanya bisa dalam hati. Memang benar. Cinta tak selamanya harus memiliki dan lebih sering tanpa kata-kata. Cintamu untukku sebagai sahabat... sudah lebih dari cukup.

No comments:

Post a Comment