Friday, April 2, 2010

Ia pun Menyerah

Ada satu momen khusus yang sengaja saya sempatkan untuk melihatnya (hampir) tiap hari. Hanya terjadi beberapa menit saja, begitu manis, begitu penuh warna. Ketika semua keceriaan tergantikan dengan kelabu, hingga pekat. Saat semua perasaan berbaur dengan pendar cahaya bertabur di mana-mana. Di satu sudut, saya perhatikan semuanya dengan penuh makna. Mereguh tiap-tiap detik yang berlalu. Berandai sejumlah kisah yang mampu mewakili kejadian itu. Pelan... dan pelan.Terkadang penuh perasaan.Sesekali juga direngkuh dengan penuh hasrat. Namun tak jarang dipisahkan oleh alam.Satu momen yang selalu jadi bagian favorit dan terindah, yaitu ketika matahari tenggelam; memutuskan untuk berciuman dan kembali ke pelukan malam. Lalu membiarkan malam berkuasa atas dirinya, sebelum ia terbebas untuk memancarkan sinarnya kembali esok hari. Matahari dan malam menyatu dan membiarkan seluruh dunia merasakan kehangatan mereka dan menjadi saksi melalui pancaran nuansa. Ciuman yang meledak dengan serpihan aura, bertaburan di sana-sini. Kekuatan magis mereka selalu berhasil membuat saya terpukau. Ciuman mereka... selalu berhasil membuat saya terpana.

No comments:

Post a Comment