Monday, April 5, 2010

Tinggal Kenangan

Bahkan saya sudah tidak ingat kapan pertama kali saya ke sana.
Yang pasti, saya masih sangat kecil.
Teringat saat mama melarang saya untuk main di pinggir jalan.
“Jangan jauh-jauh. Di dalam sini saja,” katanya.
Mama, saat itu, sedang konsen menghasilkan satu kreasi seni yang sangat indah.
Begitu cantik, begitu harum.

Sepulang sekolah, rutin saya datang ke toko mama.
"Catleya Florist" namanya
Lagi-lagi terkagum melihat mama menyiptakan rangkaian bunga cantik.
Duduk, saya termenung.
Melihat orang berlalu lalang
Mencari satu bunga yang sesuai dengan diri


Ada yang bilang tiap bunga punya arti tersendiri
Bahkan warnanya bisa mewakili isi hati
tapi......
Sekarang sudah tidak ada lagi
Semua hancur dalam sehari
Tak terganti

Alasan mereka ingin menghijaukan ibukota
“Agar lebih hijau dan asri,” katanya
Sungguh tak habis pikir
Meratakan dengan tanah tempat yang malahan menjual keindahan
Dan mendirikan mal yang justru menyesakkan dada
Merobohkan tempat yang memberi warna warni di hitamnya kota
Tempat yang wanginya tak tertandingi

Ya, sekarang sudah tidak ada lagi
Teganya mereka merenggut rupiah yang sudah digunakan selama puluhan tahun untuk menghidupi keluarga
Demi kepuasan diri sendiri semata

Sedih? Sangat...
Karena Saya kenal mereka dan menjadi bagian dari mereka
Yang paling menghancurkan...
Saat impian mama dari 26 tahun lalu
Yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit
Dihempas begitu saja
Hanya menjadi kenangan.

2 comments:

  1. Dimanakah tepatnya, Gal? Tapi mereka-mereka ini kan memang nggak masuk akal, terutama kalau sudah menyangkut sesuatu yang berjudul "profit". "Tega" is their middle name. :(

    ReplyDelete
  2. di Mahakam, tin.. kan dulu ada toko bunga banyak sekali, di belakang gereja. All gone, now. Yeah, profit that goes straight into their pockets. :)

    ReplyDelete